Di sebuah sudut sunyi pedalaman Long Ikis, Kalimantan Timur, aroma nasi hangat bercampur sambal terasi dan ikan asin selalu menyambut pagi. Di balik kepulan uap nasi, berdirilah seorang lelaki tua: kulitnya legam terpanggang matahari, tangannya tak pernah benar-benar berhenti bekerja.

Sejak subuh menjelang, Pak Yanto bersama istrinya sudah sibuk menanak nasi, menggoreng tempe, merebus sayur singkong, dan menyiapkan lauk seadanya. Ia bukan sekadar penjual nasi campur. Ia adalah sumber kehidupan bagi dua cucunya yang kini ia besarkan seorang diri, setelah ayah mereka pergi—entah karena takdir, entah karena keadaan yang tak berpihak.

Warung kecil Pak Yanto tak lebih dari bilik kayu beratap seng, berdiri di pinggir jalan tanah yang sering becek saat hujan turun. Namun, bagi warga sekitar, warung itu seperti rumah kedua: tempat mengisi perut, berbagi cerita, bahkan sekadar duduk melepas lelah. Nasi campurnya sederhana, tapi rasanya hanya bisa lahir dari tangan yang tulus dan hati yang sabar.

Dalam hidup Pak Yanto, tidak ada kata “pensiun.” Setiap rupiah dari hasil jualannya digunakan untuk kebutuhan cucu-cucunya: uang sekolah, seragam, hingga sesekali jajanan kecil agar mereka tetap merasa seperti anak-anak lain. Ia tahu, hidup mereka berat, tapi ia tak mau mereka kehilangan harapan.

“Kalau bukan saya, siapa lagi?” ujarnya suatu kali. “Saya cuma ingin mereka sekolah, bisa hidup lebih baik.”

==========================================

Salurkan sedekah terbaik Anda dengan cara:

1. Pilih Nominal Donasi

2. Lengkapi Data Diri

3. Pilih metode pembayaran

4. Transaksi sesuai dengan metode pembayaran

Sahabat juga bisa membagikan halaman galang dana ini agar semakin banyak yang turut ikut berbuat kebaikan.

Semoga sedekah yang kita keluarkan bisa memberikan kebaikan dan pahala yang berlimpah untuk kita serta memberikan kebahagiaan bagi penerima manfaat. Aamiin.

zakatkita.org/pakyanto