photo

Oleh : Jr. Maimunnudin

Janji Allah itu pasti. Setiap Allah menjanjikan sesuatu kepada hambanya, selalu ditepati. Allah janji jika kita melakukan perbuatan A, maka akan diberi B. Jika melakukan B akan diberi C, dan seterusnya. Begitu pula ketika Allah menyatakan bahwa jika kita bersedekah akan dilipatgandakan menjadi  tujuh atau bahkan lebih seperti yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 261:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”  (Qs. Al-Baqarah: 261)

Yang perlu kita lakukan cuma satu, yakni mengimani Allah. Bukan tugas kita untuk memikirkan bagaimana cara Allah memberi kita tujuh kali lipat atau bahkan yang lebih dari itu. Tugas kita ketika mendengar perintah-Nya adalah mengeksekusi perintah tersebut. Tentang bagaimana Allah memenuhi janji-Nya, itu mutlak hak Allah. Cukuplah kita yakin dan mengesekusinya.

Suatu ketika, ada seorang hamba Allah yang dalam situasi pandemi ini mendapatkan banyak cerita pengalaman hidup dari tetangga, saudara, dan rekan kerjanya. Cerita-cerita itu kebanyakan soal dampak pandemi yang mereka rasakan. Ada yang bercerita tentang gaji yang diterima tiap bulan turun drastis, ada yang mendapatkan PHK dari perusahaannya sedang di sisi lain ia harus tetap menjaga aliran uang masuk untuk menafkahi anggota keluarganya yang jumlahnya tidak sedikit. 

Cerita-cerita yang didapat oleh hamba Allah ini memang sedang marak terjadi akhir-akhir ini. Menurut proyeksi Sri Mulyani, lonjakan pengangguran akibat pandemi jika tidak segera teratasi akan mencapai 2,8 juta orang: Pekerja formal dirumahkan, pelaku formal di-PHK, pelaku usaha terganggu karena terus melakukan produksi namun minim transaksi akibat perubahan perilaku konsumsi.

Berangkat dari situasi tersebut, hamba Allah sebut saja fulan, membaca peluang bahwa Ramadhan biasanya identik dengan kurma. Maka dia pun berjualan kurma. Si fulan, mencari suplier  yang dapat memberikan harga yang sangat murah. Semangatnya, untung tipis tidak masalah yang penting aliran cashflow untuk keluarga berjalan lancar dan berkah seperti nasihat yang pernah dia dengar. 

Saudara, tetangga, dan rekan kerja ia hubungi untuk turut bergabung, sebagai salah satu bentuk ikhtiar memberi nafkah keluarga masing-masing. Keputusannya waktu itu adalah lebih baik memberi kailnya dari pada memberi ikannya. Dan tentu saja ia memberikan skema yang sangat mudah dan berasaskan saling percaya. 

Ketika Ramadhan hari ke-2, si fulan mengalami dead stock. Dead stock adalah kondisi dimana produk berada di gudang dan tidak bergerak dalam kurun waktu tertentu. Sehingga menggangu alur keluar masuknya barang karena minimnya transaksi. Berhari-hari si fulan mencoba dengan segala cara untuk mengatasi kondisi tersebut. 

Pada saat bersamaan, ada salah satu rekannya menawarkan jeruk nipis. Si fulan sedikit terkejut karena dalam kesehariannya, kawannya ini berkutat pada sektor industri cetak. Namun pada saat itu dia menawarkan barang yang mudah ditemukan di pasar tradisonal. 

Harga jeruk nipis yang ditawarkan terhitung masih logis. Hanya tujuh ribu rupiah per kilonya. Pada saat itu, di diri si fulan belum terpikir Al-Baqarah ayat 261 tentang ganjaran bersedekah. Namun ia memutuskan untuk membeli 10 kg jeruk nipis rekannya itu dan mengamanahkan kepada istrinya agar jeruk nipis itu dibagi kepada saudara dan tetangganya.

Yakin. Tak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Ternyata kemampuan kita terbatas dan ada batasnya. Yang diperlukan hanya yakin dan percaya ke Allah. Biarlah Allah yang mengeksekusi. 

Dalam hitungan jam setelah jeruk nipis dibagikan, tak disangka-sangka rekan kerja si fulan menghubungi dirinya untuk  order kurma, yang jika ditotal, keuntungannya adalah sepuluh kali dari nilai yang ia belanjakan jeruk nipis. Allahu akbar. Kalau dikaitkan dengan keuntungan memang sedikit apalagi ada pembandingnya. Namun yang terpenting, masalah dead stock terselesaikan dengan mudah karena bersedekah jeruk nipis.

Mudah-mudahan keyakinan kita adalah keyakinan yang benar. Keyakinan yang tidak disandarkan kepada kekuatan diri semata. Keyakinan yang tidak diandalkan pada harapan kepada selain Allah. Dan selalu hanya mengharap ridho-Nya.

Apalagi pada bulan Ramadhan, bulan yang mempunyai keistimewaan untuk bersedekah sebagaimana sabda Rasullullah ﷺ, “Dari Anas RA, sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Sedekah di bulan Ramadhan’.”  (HR.  At-Tirmidzi).

Dengan keistimewaan bulan Ramadhan, apakah kita yakin, akan melewatkan Ramadhan begitu saja tanpa bersedekah yang terbaik dan maksimal? 


Artikel Terkait :

1. Berlomba Kebaikan Pada Bulan Ramadhan

2. Cara Hitung Zakat Maal

3. Zakat Solusi Kesenjangan Ekonomi


Bagikan ke Teman





Rekomendasi Artikel